Jumat, 23 November 2012

Strategi Implementasi Konsep Perubahan


Strategi Implementasi Konsep Perubahan

Strategi Internal

Strategi Politikal
Cara menjalankan perubahan dari atas ke bawah (top-down). Inisiatif perubahan datang dari atas, dari eselon wilayah yang paling tinggi Ketua Umum kepada anggota BPH  untuk diteruskan ke Badan Pelaksana.  Dari Pengurus Besar sebagai eselon tertinggi, dan kemudian ditawarkan ke eselon dua (PW), tiga (PD) dan empat (PK). Strategi politikal akan berjalan relatif cepat, namun apabila tidak diikuti  dengan strategi lain dampaknya hanya dipermukaan saja (tingkat kepengurusan), tidak merembes ke kader. Strategi ini ditempuh bila keadaan dirasakan sangat mendesak sehingga perubahan harus dilakukan dengan cepat

Strategi Informasional

Cara menjalankan perubahan dengan memberikan informasi untuk menumbuhkan dan menguatkan kebutuhan untuk melakukan perubahan & memperlemah perlawanan terhadap perubahan  Di sini diasumsikan bahwa aparat/kader PII akan tergugah untuk melakukan dan menerima perubahan apabila mereka memiliki pengetahuan berdasarkan informasi atau fakta tentang keadaan organisasi di lingkungan eksternal. Strategi informasional berlangsung lebih lambat dari strategi politikal, namun pengaruhnya lebih dalam.

Strategi Fasilitatif

Cara menjalankan perubahan dengan membantu kelompok yang hendak berubah supaya mereka lebih mudah menghadapi keadaan baru. Bantuan ini dapat berbentuk penyediaan sumber daya atau sarana, atau memberikan kesempatan untuk memperoleh kehlian atau pengetahuan baru yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.

Strategi Attitudinal

Cara perubahan yang memprioritaskan perubahan sikap, yang pada gilirannya akan mengubah tingkah laku. Strategi attitudinal mengutamakan organisasi yang berdampak luas dan berkelanjutan pada cara pandang dan tingkah laku. Ada tiga tahap dalam proses perubahan sikap ini, yaitu tahap “unfreezing”, “moving” dan “refreezing”. Tahap unfreezing adalah tahap menjauhkan diri atau melepaskan sikap lama, tahap moving adalah tahap menerima dan menumbuhkan sikap baru, dan tahap refreezing adalah tahap memantapkan, mengukuhkan, menstabilkan sikap baru.

Strategi External

Strategi dalam upaya kompetisi dengan lingkungan eksternal, hal ini diperlukan sebab penyikapan PII yang makin terbuka terhadap lingkup eksternal menyebabkan potensi tarik-menarik bidang garap yang sama antara PII dengan ormas keislaman atau organisasi yang berbasis pelajar/santri lainnya. Disinilah perlu dikembangkan semangat berkompetisi yang sehat dalam kebaikan dan menghargai eksistensi satu sama lain serta menjunjung tinggi etika Islam. 
Dalam menghadapi kompetisi diperlukan daya saing. Tiga alternatif yang bisa diupayakan dalam meningkatkan daya saing PII sesuai dengan  tuntutan kondisi meliputi apakah organisasi PII Need to be better  (dituntut untuk lebih baik), Need to be different (dituntut untuk berbeda), dan Need to be smaller (dituntut untuk lebih ringkas)
Tuntutan untuk lebih baik dilakukan melalui reengineering processes (perbaikan metode dan teknik pada proses yang dilakukan) dan continuous improvement (peningkatan yang terus menerus) sedangkan tuntutan untuk berbeda dilakukan dengan reinventing activities/programe (inventarisasi kembali aktivitas/program) dan regenerating strategies (regenerasi strategi).
Strategi kompetitif tersebut bertumpu pada :

  1. Positioning, yang ditandai dengan upaya menyesuaikan struktur PII dengan kekuatan dan kelemahan organisasi PII 
  2. Influencing the balance, ditandai dengan inovasi sosialisasi dan pelaksanaan program serta upaya differensiasi atas program / aktivitas 
  3. Exploiting change, ditandai dengan upaya menumbuhkan program, aktivitas dan kultur baru 
  4. Diversification strategy, ditandai dengan pengembangan strategi-straegi baru dalam mengadaptasi perubahan-perubahan baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar