Strategi Implementasi Konsep Perubahan
Strategi Internal
Strategi
Politikal
Cara menjalankan perubahan
dari atas ke bawah (top-down). Inisiatif perubahan datang dari atas, dari
eselon wilayah yang paling tinggi Ketua Umum kepada anggota BPH untuk diteruskan ke Badan Pelaksana. Dari Pengurus Besar sebagai eselon tertinggi,
dan kemudian ditawarkan ke eselon dua (PW), tiga (PD) dan empat (PK). Strategi
politikal akan berjalan relatif cepat, namun apabila tidak diikuti dengan strategi lain dampaknya hanya
dipermukaan saja (tingkat kepengurusan), tidak merembes ke kader. Strategi ini
ditempuh bila keadaan dirasakan sangat mendesak sehingga perubahan harus
dilakukan dengan cepat
Strategi Informasional
Cara menjalankan perubahan
dengan memberikan informasi untuk menumbuhkan dan menguatkan kebutuhan untuk
melakukan perubahan & memperlemah perlawanan terhadap perubahan Di sini diasumsikan bahwa aparat/kader PII
akan tergugah untuk melakukan dan menerima perubahan apabila mereka memiliki
pengetahuan berdasarkan informasi atau fakta tentang keadaan organisasi di
lingkungan eksternal. Strategi informasional berlangsung lebih lambat dari
strategi politikal, namun pengaruhnya lebih dalam.
Strategi Fasilitatif
Cara menjalankan perubahan dengan membantu kelompok yang hendak berubah
supaya mereka lebih mudah menghadapi keadaan baru. Bantuan ini dapat berbentuk
penyediaan sumber daya atau sarana, atau memberikan kesempatan untuk memperoleh
kehlian atau pengetahuan baru yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.
Strategi Attitudinal
Cara perubahan yang memprioritaskan perubahan sikap, yang pada
gilirannya akan mengubah tingkah laku. Strategi attitudinal mengutamakan
organisasi yang berdampak luas dan berkelanjutan pada cara pandang dan tingkah
laku. Ada tiga tahap dalam proses perubahan sikap ini, yaitu tahap
“unfreezing”, “moving” dan “refreezing”. Tahap unfreezing adalah tahap
menjauhkan diri atau melepaskan sikap lama, tahap moving adalah tahap menerima
dan menumbuhkan sikap baru, dan tahap refreezing adalah tahap memantapkan,
mengukuhkan, menstabilkan sikap baru.
Strategi External
Strategi dalam upaya kompetisi dengan lingkungan eksternal, hal ini
diperlukan sebab penyikapan PII yang makin terbuka terhadap lingkup eksternal
menyebabkan potensi tarik-menarik bidang garap yang sama antara PII dengan
ormas keislaman atau organisasi yang berbasis pelajar/santri lainnya. Disinilah
perlu dikembangkan semangat berkompetisi yang sehat dalam kebaikan dan
menghargai eksistensi satu sama lain serta menjunjung tinggi etika Islam.
Dalam menghadapi kompetisi diperlukan daya saing. Tiga alternatif yang
bisa diupayakan dalam meningkatkan daya saing PII sesuai dengan tuntutan kondisi meliputi apakah organisasi
PII Need to be better (dituntut untuk lebih baik), Need to be different (dituntut untuk
berbeda), dan Need to be smaller (dituntut
untuk lebih ringkas)
Tuntutan
untuk lebih baik dilakukan melalui reengineering
processes (perbaikan metode dan teknik pada proses yang dilakukan) dan continuous improvement (peningkatan yang terus
menerus) sedangkan tuntutan untuk berbeda dilakukan dengan reinventing activities/programe
(inventarisasi kembali aktivitas/program) dan regenerating strategies (regenerasi strategi).
Strategi
kompetitif tersebut bertumpu pada :
- Positioning, yang ditandai dengan upaya menyesuaikan struktur PII dengan kekuatan dan kelemahan organisasi PII
- Influencing the balance, ditandai dengan inovasi sosialisasi dan pelaksanaan program serta upaya differensiasi atas program / aktivitas
- Exploiting change, ditandai dengan upaya menumbuhkan program, aktivitas dan kultur baru
- Diversification strategy, ditandai dengan pengembangan strategi-straegi baru dalam mengadaptasi perubahan-perubahan baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar